Minggu, 15 November 2020

Radar dan Frekuensi

Radar dan Frekuensi

Sering kali kuterpaku dengan frekuensi
yang pernah tertangkap oleh radarku.
Meskipun radarku selalu berusaha menangkapnya kembali,
namun gelombangnya terlalu jauh
dan kemudian hilang.

Berulang kali pula kumemanggil frekuensi yang jarak gelombangnya lebih pendek,
namun tetap saja radarku tak dapat menangkapnya.
Baik gelombang yang jauh maupun dekat, entah mengapa tak ada satupun yang dapat tertangkap frekuensinya.

Mungkin karena masih tertaut frekuensi gelombang jauh,
padahal kini kian samar terbaca,
sehingga mencari frekuensi gelombang pendek masih begitu tak jelas terbaca.

Sabarlah, mungkin nanti ada masanya.
Ini hanyalah soal waktu,
dan sabar akan menjadi penolongmu.

Rabu, 14 Oktober 2020

Melepaskan Pelukan Kenangan

Melepaskan Pelukan Kenangan

Menjalani hari sembari menunggu peruntungan.
Berpindah dari satu impian ke impian lain.
Satu-persatu menemukan peruntungan dalam impiannya.
Sebagian lain menemukan impian dalam peruntungan.
Satu-persatu telah melepas kenangan mereka.
Namun diri ini seakan hanya bisa memeluk kenangan terhanyut dalam peruntungan dan impian yang telah usai.

Haaah... sejenak diri ini menghela napas.
Seakan begitu sulitnya terlepas dari pelukan kenangan.
Mereka terus datang dan hadir dalam ingatan,
namun nyatanya merekapun sudah temukan kehidupan baru, tak berbalas merindukan kenangan.
Semakin lama semakin jauh,
semakin terabaikan, semakin beda pula frekuensinya,
hingga pada akhirnya terus memeluk kenangan hanya akan membuat keadaan kini dan nanti menjadi makin penat.

Sudahlah, ini hanya tentang waktu.
Sebentar atau lama, masing-masing akan menemukan frekuensinya yang sama lagi.
Atau justru akan ditemukan dengan yang se-frekuensi.

Tak perlu dipaksakan jikalau belum juga temukan yang se-frekuensi, 
karena ini hanya membuat daya semakin melemah.
Lepaskan saja sedikit-demi sedikit kenangan dalam pelukan.
Kemudian sadari kini sudah beda masanya.

Hingga sabar datang dalam genggaman, jangan pernah lepaskan.

Senin, 28 September 2020

Selama Ini

 Mencoba untuk melupakan, dan menjajaki sisi lain dunia.

Namun ternyata duniaku memang di sana.

Berharap mendapatkan peruntungan yang baru.

Namun tetaplah memang duniaku di sana.


Selama ini mencoba untuk bungkam 

Dan mencoba melupakan duniaku,

Namun ternyata semakin aku berusaha menjauh, 

Semakin aku tertarik masuk ke dalamnya.


Selama ini mencoba untuk menghapus jejak,

Namun semakin kumenghindar, semakin kutertarik dalam sajak.

Kadang kupikir ini suatu hal yang salah, 

Namun dahulu kurasakan ini adalah sebuah anugerah.


Kepekaan yang tertuang dalam sajak 

Menjadi sebuah karya yang bermakna.

Kepekaan yang selama ini dibungkamkan 

Menjadi sebuah kekangan merana.


Bisa jadi kali ini kucoba hadirkan sajakku kembali.

Mungkin juga di hari lain kukembali membungkamkan diri.


Nyatanya tak semua orang harus 

Dan bisa dibahagiakan.

Maka merubah diri menjadi yang mereka harapkan 

Hanya akan jadi sangat melelahkan.


Nyatanya setiap kita memang tercipta berbeda

Dan tak ada yang sama.

Pembeda tersebut adalah sebuah amugerah 

yang tak harus jadi perdebatan.


Mencoba hadirkan kembali sajak lama 

Namun dengan versi terbaru yang berwarna.





Rabu, 15 Juli 2020

Relakan

Kadang, rindu dengan suatu keadaan tertentu.
Tapi ketika mengulang kembali masuk kedalam sana,
semua tak lagi sama rasanya.
Entah karena masa yang sudah berbeda,
entah karena objek yang sudah berubah.
Maka saat itulah saat sebuah kenangan hanya lebih baik untuk dikenang,
bukan untuk kembali masuk ke dalamnya.
Sehingga, saat terjebak dalam rindu,
merelakan yang telah terjadi dan menyusuri yang sedang dijalani akan menjadikan keadaan lebih baik.

Bekasi, Juli 2020

Jumat, 03 Juli 2020

Daun

Daun

Daun yang ingin kembali pada rantingnya,
tapi terlalu jauh terhempas terbawa angin,
melayang, terseok arus gerak angin yang membawanya.

Daun terlepas dari rantingnya saat ia mengering,
tak tahu lagi jalan kembali menempel pada rantingnya, terlepas dari rantingnya begitu saja seiring waktu yang membuatnya kering terbawa angin.

Tak ada orang yang tahu akhir perjalanan dari daun yang telah lepas dari rantingnya. Tak ada orang yang tahu kemana angin membawanya. Lapuk bersama tanah namun menjadi nutrisi pohon lain ataukah terbakar menjadi abu dan kembali hilang terhempas angin.

Sudahlah, saat terlepas dari rantingnya, ikuti saja angin berhembus. Atau suatu hari nanti akan jatuh juga di atas air sungai yang mengalir, entahlah, jalani saja dulu dan maknai perjalanan angin yang sedang berlangsung meski tanpa tahu terhempas kemana akan berujung.

Bekasi, Juli 2020

Jumat, 13 Desember 2019

KINI

KINI

Dan aku tak tahu mengapa sebuah kepingan
yang sudah lama sekali dulu hilang,
KINI kutemukan kembali.

Dulu dengan sengaja ku tak mencarinya,
tapi sulit untuk membiarkannya tiada.
Kemudian sesekali kumencarinya, hingga pada suatu titik aku memutuskan untuk berhenti selamanya berharap menemukan yang sudah hilang.
Yang sudah hilang biarlah pergi sesuai kehendak-Nya, kemudian Ia mengisi dan menggantikan tempat kosong yang hilang itu dengan kepingan yang lebih tepat.

KINI sudah windu berganti windu lamanya, umurpun rasanya sudah semakin menua untuk hanya mengurusi permainan susun-menyusun kepingan lego.
Hidup pun sudah semakin realistis, namun tetap idealis meski apatis pada sebuah retorika permainan belaka.

Namun mengapa sekejap begitu saja kepingan hilang itu kutemukan kembali saat KINI? Sebuah teka-teki yang entah kapan tanya itu akan berganti jadi jawaban.
Entahlah.

Dan KINI adalah suatu hari di Bulan penghujung tahun 2019,
Desember namanya.

Rabu, 27 Mei 2015

Terimakasih Untuk yang Sejati

Terimakasih Untuk yang Sejati

Akan ada yang datang saat bahagia,
dan akan ada yang berpura tak mengenal saat sulit.
Tapi yang sejati akan selalu ada seperti biasanya, tak perduli sulit atau bahagia.

Akan ada yang memanfaatkan saat berpotensi,
akan ada yang merendahkan saat tak terpedaya.
Namun yang sejati, tetep merangkul seperti biasa, tanpa melihat bersinar atau tidak.

Akan ada yang hanya menanyakan hasil tanpa membantu dalam proses,
akan ada yang hanya ingin tahu jadi tanpa membantu melalui tahap-demi tahap dalam poroses.
Namun yang sejati tidak datang sehingga dapat pergi mengharap membawa sesuatu di tangannya, tidak juga menghindar saat melihat belum ada yang bisa digenggamnya, namun yang sejati selalu menggenggam dari awal hingga akhir.

Mei, 2015

Senin, 11 Mei 2015

Melepas Belenggu



Melepas Belenggu

Untuk sesuatu yang ku takutkan, hari ini ku melepasmu.
Cepat atau lambat, sekarang atau nanti, hari itu pasti akan datang.
Maka terjebak didalam lingkaramu merupakan suatu hal yang salah.
Aku ingin hidup dengan penuh kelegaaan dan kebebasan yang bermakna.
Pergilah engkau, ku lepaskan engkau...

Untuk sesuatu yang selama ini benar-benar aku jaga dan genggam,
Hari ini aku melepaskanmu...
Karena semakin erat aku menggenggammu, semakin besar pula rasa takutku...
Bagaimana aku bisa melepaskan rasa takutku jika aku menggenggam terlalu erat...
Aku ingin melegakan diriku tanpa menggenggam apapun,
meski sedang berjalan di atas seutas tali...
Bilamana waktunya jatuh, maka terjatuhlah...
Bilamana ditakdirkan untuksampai, maka sampailah...
Aku tak ingin terlalu takut akan jatuh,
aku tak ingin terlalu mengkhawatirkan akan sampai atau tidak...
Aku ingin bernapas lebih lega dan merentangkan tanganku,
menjadi diriku sendiri dan menjalani semuanya dengan kelegaan...
Hari ini aku melepasmu...

Untuk sesuatu yang pernah membuatku merasa bersalah, hari ini aku melepasmu...
Sadari diri ini bukanlah manusia sempurna,
seringkali berpikiran ketika keburukan yang di dapat,
mungkin itu adalah hasil keburukan yang telah dilakukan pula...
Berpikir keras apa salahku, berpikir keras bagaimana caranya memperbaiki keadaan,
berpikir keras bagaimana caranya memperbaiki nama,
ternyata semuanya semakin membawa diri ke dalam lingkaran bersalah itu sendiri...
Dan semua lingkaran bersalah bermuara pada takut “apa kata orang”
Padahal, mau berbuat baik atau berbuat buruk, bagi orang yang tidak menyukai,
pasti akan selalu salah...
Sedangkan aku ingin hidup dalam kedamaian, bebas menggerakkan dan menyelaraskan antara pikiran, hati, dan alat gerakku...
Maka pergilah engkau, hari ini aku melepasmu...


Untuk sesuatu yang pernah ku sesali, hari ini ku melepasmu...
Aku tak pernah mengerti apa sebenarnya makna dari menyesal...
Selalu saja teringat, dan akan berakhir pada kata-kata “andaikan waktu itu aku....”
Dan kata-kata itu mengantarkan pada sebuah penyesalan, menyalahkan diri sendiri...
Sedangkan waktu tidak akan bisa di ulang kembali...
Dan waktu yang dihabiskan untuk memikirkan penyesalan sama dengan waktu untuk bergerak maju ke depan...
Bagaimana aku bisa terlepas dari rasa bersalah jika aku tetap menyesali sesuatu...
Maka pergilah engkau, hari ini aku melepasmu...

Untuk sesuatu yang tak sempat ku ucapkan,
untuk sesuatu yang belum dapat ku perbuat,
hari ini aku melepasmu...
Semua yang belum itu pasti berlabuh pada kalimat “andaikan waktu itu...”
Dan semua itu akan berlabuh pula pada sebuah penyesalan...
Sedangkan bagaimana aku bisa melegakan diriku jika masih berada di dalam lingkaran penyesalan...
Maka pergilah engkau, hari ini aku melepasmu...

Untuk sesuatu yang ingin aku lupakan, hari ini aku melepasmu...
Semakin aku berusaha melupakan, semakin kuat pula ingatan itu...
Semakin aku berusaha untuk melupakan, semakin besar pula perasaan bersalah karena berusaha melupakan...
Maka, bukan diusahakan untuk dilupakan, namun melepaskannyalah akan membuat semuanya terasa lebih ringan...
Aku ingin langkahku lebih ringan untuk maju melangkah ke depan...
Maka pergilah engkau, hari ini aku melepasmu...

Untuk sesuatu yang aku khawatirkan melupakannya, hari ini aku melepasmu...
Semakin aku takut kehilangan ingatanku, semakin kuat ketakutanku...
Sedangkan bagaimana aku bisa bebas dari ketakutanku itu jika aku selalu mengkhawatirkan akan lupa...
Semua ini hanyalah titipan...
Jika memang masih dipercaya untuk menyimpan ingatan, maka ingatan tak akan pudar termakan oleh waktu...
Jika memang tidak dititipkan lagi, maka tanpa berusaha dilupakanpun ingatan akan hilang...  
Maka hari ini aku ingin melepasmu...
Aku ingin melangkah lebih lega...
Hari ini aku ingin melepas semua belenggu itu...
Hari ini untuk hari esok yang lebih baik...

Mei, 2015

Jumat, 28 November 2014

Bintang dalam Rindu



Bintang dalam Rindu

Beribu juta mil jaraknya, begitu jauh jasadnya,
namun keindahan cahayanya jatuh tepat pada retina.
Tinggi, bercahaya di atas sana, terpancar indah,
bagai butiran berlian tersebar di seluruh langit nan megah.

Entah sampai kapankah bisa menggapainya,
entah sampai kapankah jebakan jarak ini terus merenggutnya.
Keindahannya seperti cahaya bintang,
membuat rindu ini semakin meradang.

Hanya bisa terus membuka mata,
untuk hanya merasakan dekat cahayanya
hingga jatuh tepat pada retina.

Hanya bisa terus berharap dalam penantian panjang,
menanti dekatnya kan datang,
meraih impian, menembus batas.

Telah ku temukan bintangku,
dan terus kupendam rasaku.
Hanya aku, bintangku, dan penciptaku yang tahu,
hingga dekatku datang menjadi satu.


November 2014

Minggu, 23 November 2014

Sepi

Sepi

Setiap yang datang, suatu hari nanti akan pergi.
Begitupun dengan diri ini ketika datang, suatu hari nanti akan pergi juga.
Gundah terus saja melanda bagai teka-teki yang tak terpecahkan.
Rasa takut terus mendera bagai bom waktu yang terus menghantui kedamaian hati.

Namun sebenarnya tak perlu ada yang ditakutkan,
meski sebenarnya hidup dalam sepi adalah hal yang paling menakutkan.
Terjebak dalam kata sepi, terjebak dalam ketakutan sendiri,
semuanya menutup rasa syukur dengan adanya kehadiran kemarin dan sekarang.

Sepi pasti datang entah esok ataupun lusa,
entah kapankah datangnya, namun sepi pasti akan datang.
Karena datangnya sepi tak pasti,
maka pastikan untuk selalu mensyukuri setiap kehadiran kemarin dan sekarang.

Meski sepi pasti datang, namun percayalah dengan kebersyukuran kemarin dan sekarang,
maka Sang Maha Menghadirkan tak kan meninggalkanmu
dan tak kan membiarkanmu sendiri dalam sepi.

Jika memang benar di alam sana kan terasa sepi,
maka sepi adalah awal kehadiran yang abadi dalam alam selanjutnya yang kekal.
Maka tak perlu takut lagi untuk merasakan sepi esok atau lusa,
syukurilah dengan adanya kehadiran kemarin dan hari ini.

November, 2014

Senin, 09 September 2013

Beda

Beda

Lama ku tak berkata.
Diam bagai tak bernyawa.

Kini ku buka mata,
tuk bangkitkan jiwa
yang telah letih dalam diam.

Kini masihkah berlaku diam itu emas?
Atau jemputlah emas tuk mendapatkannya?

Dalam sedalamnya makna kata,
dengan roda kehidupan yang terus berputar,
kata tak dapat dimaknai sama.

Periode terus bergulir.
Paradigma terus mengalir.
Semua tak dapat dimaknai sama.
Semua dapat beda.

Selasa, 06 Agustus 2013

Sekelumit Pencarian Bahagia

Rasanya mulai terasa berat,
tentang apa yangku lakukan
di akhir bulan lalu dan di awal bulan ini.

Namun sedikit-demi sedikit mulai terarah.
Mana yang benar jalanku
dan mana yang bukan.

Mungkin ini benar tapi terasa salah.
Dan saat itulah ku merasa jiwaku tak
di sini meski raga masih terpaku di sini.

Sebenarnya dapat di simpulkan:
hanya sebagai pelarian mencari bahagia semata.
Namun, sebenarnya tak perlu bingung mencari bahagia.

Bahagia itu dapat dekat dengan Allah,
dekat dengan orang tercinta:
orang tua, keluarga, sahabat,
seperti hari ini..

Terbayar lunas semua penantian.
Maka setelah ini,
setelah fokusku kembali,
setelahku dapat menyelesaikan
urusanku di akhir bulan ini,
aku akan kembali ke jalanku.

Aku kembali memfokuskan diri
menjadi pribadi baru yang bahagia
membahagiakan orang tercinta:
orang tua, keluarga, sahabat.

Agustus 2013

Senin, 05 Agustus 2013

Rinduku Padamu

Rinduku Padamu

Menginjak angka lima, bukanlah waktu singkat.
Rasaku semakin melekat,
merajut asa kian tinggi kian menguat.

Inilah rasaku padamu,
tak kian memudar ataupun merapuh,
meski aral mendera dan jarak kian jauh.

Jauhnya jasadku denganmu, tak hapuskanmu di hatiku.
Dekatnya rasaku padamu,
menjadikan rindu ini kian mendesakku bertemu denganmu.

Entah kapankah rinduku ini kan dapat beradu dengan rindumu,
tuk melepas rindu yang kian membelenggu.

Inilah rinduku padamu,
do'aku bersamamu.

Agustus 2013

Senin, 29 Juli 2013

Bukan Karena Ku Cemburu

Bukan Karena Ku Cemburu

Tuhan..
Kau berikan anugerah-Mu untukku.
Tapi kemudian kau cabut lagi.

Tuhan..
Salahkah aku tuk meminta pada-Mu
untuk memilikinya kembali?

Tuhan..
Jalanku semakin terasa berat,
kadang ku sulit mengartikannya.
Bolehkah ku meminta petunjuk dari-
Mu, Tuhan?

Tuhan..
Jika ku melihat senyum bahagia
mereka pada bingkai maya,
bukan karna ku cemburu pada
mereka,
bukan ku iri pada mereka.
Tapi ku merasa tak bahagia,
tak bahagiaku karna tak lagi bersama
mereka
tuk berbagi senyum, canda tawa dan
kebahagiaan bersama mereka...

November 2011

Senin, 15 April 2013

Satu Frekuensi

Satu Frekuensi

Aku tahu seberapa besar bebanmu,
namun karena itu jangan jauhi aku,
sertakanlah aku untuk memikulnya bersamamu.

Aku yang melihatmu selalu berdo’a,
menengadahkan tanganmu ke atas,
sertakanlah aku menjadi ma’mum-mu,
untuk mengaminkan do’amu.

Seperti migrasian burung yang membentuk huruf V,
maka kala salah satu diantaranya lelah,
salah satunya lagi menemani,
sekalipun harus tertinggal dengan yang lain,
namun setelahnya tetaplah sampai ke tujuan,
tak perduli seberapa lama menghabiskan waktu.

Genggamlah erat-erat tanganku,
Sekalipun terpisah jarak dan waktu,
Tetaplah genggamlah dalam alam maya,
Hatimu-hatiku tetap dalam satu frekuensi.


2013 

Minggu, 23 September 2012

Seperti Daun Gugur Tertiup Angin

Seperti daun gugur tertiup angin,
entah akan kemana melabuhkan diri.
Meskipun tahu harus kemana
berlabuh,
namun...
Ketika angin berhembus ke barat,
maka akan menuju barat.
Ketika angin berhembus ke timurpun
juga sama.

Jalanan begitu berliku dan terjal.
Begitu jauh di ombang-ambingkan
perjalanan.
Namun apakah sampai pada tujuan?
Apakah bisa untuk sampai tepat
waktu?
Ataukah semua akan berakhir pada
pusaran angin berputar seperti
tornado, selalu berada di tempat yang
sama?

Semuanya terasa kian semu..
benar seolah tak benar,
salah seolah bisa dibenarkan..
Tak ada lagikah kepastian yang
pasti?

Hingga pada akhirnya,
daun gugur telah gugur terlebih
dahulu:
menjadi serpihan debu di
perjalanan..
Entah akankah debu itu kan
berlabuh ke tempat yang semestinya
atau tidak.

September 2012

Kamis, 22 Desember 2011

Aku dan Ragaku

Wahai otakku,
aktivkanlah syaraf-syarafmu,
sambungkanlah aku dengan ingatan-ingatan pelajaran dan kebaikan.

Wahai jantung dan paru-paruku,
sabarlah kalian ketika dalam perjalananku pulang-pergi mencari ilmu,
sabarlah kalian dari tuan-tuan bermulut asap
di setiap angkutan umum
bahkan dalam kelas belajarku.

Wahai pundakku,
kuatkanlah dirimu untuk menopang
beban tasku yang berat ini. 

Wahai kakiku, 
arahkan aku dalam langkahmu,
langkah menuju jalan kebaikan.

Wahai mataku, 
tataplah dunia ini, lihatlah kelak masa depanku,
pantaskah aku untuk menjadi orang yang berhasil kelak?
Jika belum, beritahukan kepada otakku 
untuk memerintahkan seluruh anggota tubuhku segeralah bergerak.

Wahai Tuhanku,
terimakasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan ini, 
hanya dengan Ridho-Mu lah segala impianku dapat tercapai.

Senin, 19 Desember 2011

Tak Kan Terpisahkan

Rinduku dengan sajak tak kan pernah terobati lagi, saat ini..
Tembok besar itu memisahkanku dengan sajakku.
Kini bukan lagi ku berkata
"Bagaimana ku selalu bersama sajakku?
Bagaimana ku bisa memperbaiki lafal ku tuk membacakan sajakku?",
tapi kini..
"Bagaimana caraku tuk hancurkan tembok pemisah itu sesegera mungkin?"
karena...
Aku dan sajakku tak kan pernah dapat dipisahkan.
Sajakku, bagian hidupku.

Selasa, 13 Desember 2011

Inginku Rasa Sisi Lain Dunia

Sejenak ingin ku pergi dari kepenatan ini,
Melihat dunia dari sisi lain,
Terbang setinggi-tingginya,
Menyelam sedalam-dalamnya,
Berlari sejauh-jauhnya.
kemudian...
Ku kembali dengan sekuat-kuatnya ku berusaha meraih bintangku,
Bintang yang paling terang.

Senin, 07 November 2011

Ini Begitu Sulit

Ini Begitu Sulit


Enam langkah telah berlalu.
Terlepaslah sedikit beban.
Tapi ternyata ku lengah.

Enam jalan telah ku coba,
namun tak berbuah satu pun.
Hingga ku coba dua jalan,
sampai tiga jalan pun tetap sama.

Rasanya...
Ini begitu sulit.
Seakan membunuh mimpi hidup-
hidup.

Akhirnya, jalan mana pun ku pilih,
meskipun seribu keraguan
menyelimuti,
namun tak ada pilihan lain.

Awal perjalanan,
memang ku bisa tersenyum lega,
meyakinkan diri langkah ini memang
benar
meski di awal ku ragu.

Namun, entah apakah ini langkah
pertengah,
ataukah langkah akhirku,
gundah gulana melanda ku kembali.

Tangis air mata ini
tak kan menghidupkan kembali yang
telah mati,
namun memang tak ada yang bisa
ku lakukan.

Tak ada,
ini begiu sulit.

November 2011

Selasa, 02 Agustus 2011

Bintang


Jika kau menjadi bintang,
bintang apakah yang kau
inginkan?

Jika kau menjadi bintang yang paling redup,
kau akan tertelan dalam gelapnya malam,
dan kemudian kau akan merasa kesepian.

Jika kau menjadi bintang yang paling terang,
kau akan menjadi yang terdepan,
namun setelah itu kau akan merasa kesepian pula.

Jika kau pernah merasakan kedua hal itu,
Manakah yang lebih kau inginkan?
Manakah yang membuatmu lebih bahagia?

Tak perduli redup atau terangkah dirimu,
kebersamaan adalah sumber bahagiamu,
aku,
kita,
semua.

2 Agustus 2011

Jumat, 17 Juni 2011

Hari Ini Untuk Masa Depanku



Hari yang cerah...
Hari ini untuk masa depanku.
Jika aku menyesali masa laluku,
aku akan belajar dari situ,
pun demikian halnya
jika aku menyenangi masa laluku.

Hari ini masa depanku...
Hari ini adalah kesempatanku
dalam perbaikan diri.

Bermula dengan senyum yang ikhlas...
Itulah salah satu perwujudanku
untukmensyukuri anugerah-Nya.

Hari ini untuk masa depanku...
Jika aku gagal, aku tak takut lagi
mengulangnya dari awal
untuk menjadi pribadi baru
sampai aku disebut baik.
Jika aku berhasil,
aku akan memperkuat diri.

Jika ada yang menyemangatiku,
telingaku akan terbuka lebar
untuk mendengarnya.
Jika tak ada satupun yang menyemangatiku,
akan ku semangati diriku sendiri,
karena memang begitu berharganya
masa depan yang bermula dari hari ini.

17 Juni, 2011

Kamis, 16 Juni 2011

Alifah Kecil




Begitu lugu nan polosnya dirimu.
Orang bilang “Ya”,pun demikian denganmu.
Orang bilang “Tidak”, kau juga begitu.
Namun, bukan berarti kau plin-plan,
tapi apa adanya.

Kau berjalan teguh dengan apa yang kau yakini.
Harapmu, bayangan cita-cita kan segera kau temui.
Lalu kau berlari dan kau hampiri,
dengan senyumanmu yang tulus dan muka berseri.

Tapi apa yang terjadi setelah kau remaja,
kau tak tahu arah akan kemana.
kau tak tahu kan mengadu pada siapa.

Alifah kecil kini hilang arah.
Mengapa harus ia yang memikulnya.
Mengapa harus ia yang dipilih.
Bimbang, marah, sedih, merintih menangis pun
tak ada yang dapat menyelesaikan masalahnya.

Ia diperintahkan “Sebarkan!”,
tak ada pilihan lain.
Sebenarnya ia takut, tapi ia tak dapat menolak.
Sebenarnya ia tahu ini salah, tapi ia terpaksa lakukan.

Apakah ini yang disebut Negara Raya Merdeka?
Apakah merdeka yang dimaksud adalah
merdeka untuk berbuat segala hal
demi mendapatkan secarik kertas bertuliskan “LULUS”?

Di keheningan malam Alifah kecil menangis,
menengadahkan tangan, mengadu pada Tuhannya,
Memohonkan perlindungan dan kemerdekaan sejati.

Alifah kecil belumlah kalah.
Beberapa bulan setelahnya,
lahirlah Alifah kecil yang lebih berani,
Alif namanya.
Akhirnya semua itu terkuaklah oleh media massa.

Alif malang,
teruslah berjuang,
jalanmu masih panjang.

16 Juni,2011

Selasa, 07 Juni 2011

Hutanku Masa Depanku



Hijau nan indah terbentang
Terhampar luas di Nusantaraku

Kaulah nafasku
Kaulah hidupku
lebih dari itu,
kaulah paru-paru dunia ini

Kalau kau habis,
bumiku menangis

Kalau kau tak ada,
hutanku malang,
milyaran nyawa menghilang

Hutanku,
kaulah warisan dunia yang harus dijaga
karena hutanku masa depanku